30 September 2021

 *King's Sword*

Tanggal: 30 September 2021
Hari: Kamis

Bacaan Alkitab Setahun:
Ibr 2
Yes 9-10


*CONTRA RATUA*

“_Orang yang tak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh temboknya_.” Amsal 25:28
Dunia pernah mencatat ada seorang anak muda menjadi juara tinju dunia kelas berat yaitu Mike Tyson yang diberi julukan si leher beton, karena memiliki struktur yang besar dan kokoh seolah menyatu dengan bagian kepala sehingga rasanya akan berfungsi sangat kuat menopang kepala saat alami pukulan. Selain itu Mike Tyson dikenal memiliki catatan seringkali memukul _knock out_ lawan-lawannya karena kombinasi dan kecepatan pukulannya yang didorong bukan hanya karena kekuatan tangan, melainkan karena daya dorong seluruh badan.
Namun belum lama menjadi juara dunia dan baru beberapa kali mempertahankan gelar juara, sang leher beton ini telah terjerat perkara criminal yaitu tindak kekerasan/ penganiayaan terhadap “kekasihnya” seorang "_Miss Black Amerika_“, yang mengakibatkan sang juara ini harus dipenjara selama 3 tahun dan otomatis kehilangan gelar. Walau sempat “_comeback_” dan juara beberapa saat, namun perjalanan sang anak muda kuat ini terus terpuruk, masuk keluar penjara. Penyebab ini semua adalah akibat ketidakmampuan mengontrol diri, emosi.
Tokoh ternama dunia, Nelson Mandela, mengungkapkan bahwa, tanpa kemampuan mengontrol diri, maka kekuatan kita justru bisa menjadi kelemahan kita. Firman Tuhan yang kita baca hari ini menunjukkan bahwa kegagalan seseorang bukanlah terjadi karena kurang bertalenta, kurang pandai, melainkan disebabkan karena gagalnya seseorang mengontrol diri. Pertanyaannya adalah, hal-hal apa yang perlu kita kontrol atau kendalikan?
Kata kontrol sebenarnya diambil dari bahasa latin yaitu Contra Ratua yang bermakna sebuah kemampuan untuk mengendalikan atau melawan dorongan yang bersifat natural, atau alamiah. Apakah dorongan alamiah dalam diri kita? Ada banyak dorongan alamiah yang berasal dari diri kita, di antaranya adalah mengantuk, lapar. Kondisi mengantuk dan lapar memang sebuah dorongan yang bersifat alamiah, namun tidak berarti saat dorongan itu muncul harus dipenuhi saat itu juga. Sebagai contoh, ketika seseorang merasa mengantuk saat mengemudi, tentunya sang driver tidak bisa langung menutup mata langsung tidur, karena bisa mengakibatkan kecelakaan. Siswa yang merasa lapar saat di sekolah perlu menahan diri untuk makan menunggu waktu istirahat.
Apakah bentuk dorongan alamiah yang lain? Emosi marah, sedih adalah hal alami tetapi tidak berarti bisa diluapkan sebebas-bebasnya. Beberapa contoh lain misalnya: dorongan seksualitas, juga merupakan dorongan yang bersifat alamiah ada pada manusia. Tetapi haruslah dilakukan dengan penuh rasa hormat, dan dalam ikatan pernikahan. Hal ini tidak mungkin kita lakukan sendiri, kiranya kasih karunia-Nya akan memampukan kita. Amin (HA)
Question:
1. Bagaimana Anda mengontrol emosi Anda?
2. Pernahkah Anda lepas kontrol terhadap emosi Anda? Apa yang terjadi dan bagaimana Anda berespon?
Values:
Contra Ratua bermakna sebuah kemampuan untuk mengendalikan atau melawan dorongan yang bersifat natural, atau alamiah.
Kingdom Quote:
_Kedewasaan seseorang ditentukan oleh cara berespon diri terhadap tekanan lingkungan yang ada di sekitarnya_

29 September 2021

 *King's Sword*

Tanggal: 29 September 2021
Hari: Rabu

Bacaan Alkitab Setahun:
Ibrani 1
Yes 7-8

*REPUTASI vs DEDIKASI*

“_Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya: "Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?" (Sebab orang Yahudi tidak
bergaul dengan orang Samaria.)_ Yohanes 4:9
Arti REPUTASI menurut kamus adalah perbuatan yang menyebabkan nama baik seseorang. Hari ini reputasi dipandang penting sehingga setiap orang mencoba segala hal untuk supaya REPUTASI baik. Namun sebenarnya REPUTASI bukanlah keadaan sebenarnya seseorang, karena REPUTASI dibangun dari apa kata orang tentang diri kita. Ini yang menyebabkan jika di dalam hidup ini seorang membangun REPUTASI maka yang terjadi adalah
sering melakukan manipulasi.
Jika kita melihat apa yang dilakukan Yesus, Dia tidak pernah membangun reputasi, Dia bahkan bergaul dengan orang-orang yang bisa menghancurkan reputasinya. Lalu apa yang mendorong Yesus melakukan hal yang tak lazim ini? “Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus: "Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" Yesus mendengarnya dan berkata: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." (Matius 9: 10-13) Jika kita melihat jawaban Yesus, kita bisa paham Dia sedang merefleksikan hati Allah, Dia digerakkan dari hal yang esensi: bukan persembahan tapi belas kasihan, bukan ritual agama (persembahan adalah bagian ritual agama) atau hukum agama (orang Samaria kafir menurut hukum orang Yahudi) tetapi belas kasihan. Dia lakukan kebaikan tanpa risih dan tanpa mempertimbangkan REPUTASI.
Apa yang Yesus lakukan seharusnya mengingatkan kita bahwa apapun karir dan posisi kita, kita harus membangun kualitas kehidupan bukan berdasar pada reputasi (baik menurut orang saja) tetapi dengan kesadaran nurani yang bersih, tanpa memanipulasi demi kepentingan sesaaat. Reputasi setiap kita hanya berguna di bumi tetapi ' belas kasihan', yaitu kebaikan tanpa pamrih dan integritas kita, akan berlaku sampai kekekalan, karena ' belas kasihan ' dan integritas bersumber dari hati Allah, itulah DEDIKASI.
Sebagai contoh, pada sebuah pidato Presiden Jokowi, beliau pernah berkata, 'saya akan pertaruhkan reputasi politik saya demi keputusan yang tidak populer untuk kemajuan Bangsa di masa depan'. Reputasi dibangun demi keuntungan diri sendiri dengan mengatasnamakan kepentingan orang banyak. DEDIKASI dibangun demi keuntungan orang lain, tanpa memperhatikan nama baik. DEDIKASI adalah melakukan pengorbanan tanpa pamrih, mati demi reputasi diri sendiri, demi kepentingan orang lain. Itulah hidup spiritual bukan ritual. Anda paham? (DD)
Question:
1. Apakah arti reputasi?
2. Apa perbedaan reputasi dan dedikasi?
Values:
Warga kerajaan sejati seharusnya berdedikasi walau mengorbankan reputasi.
Kingdom Quote:
_Orang melakukan pencitraan untuk mempertahankan reputasi. Padahal citra sejati muncul karena dedikasi_.

28 September 2021

 *King's Sword*

Tanggal: 28 September 2021
Hari: Selasa

Bacaan Alkitab Setahun:
Flm
Yes 5-6


TUA-TUA KELADI

“_Maka di seluruh daerah Israel dicarilah seorang gadis yang cantik, dan didapatlah Abisag, gadis Sunem, lalu dibawa kepada raja. Gadis itu amat cantik, dan ia menjadi perawat raja dan melayani dia, tetapi raja tidak bersetubuh dengan dia_.” 1 Raja-Raja 1:3-4
Sudah tidak asing lagi bagi telinga kita sebuah istilah dalam bahasa Indonesia yang berbunyi, “Tua-tua keladi, semakin tua semakin jadi”. Ketika mendengar istilah tersebut biasanya pikiran kita langsung tertuju kepada seseorang yang sudah tua dengan gaya seperti anak muda atau lebih parah lagi sifat dan tindakannya tidak senonoh, seperti mata keranjang, suka selingkuh.
Sebenarnya istilah tua-tua keladi bisa dimaknai secara positif, yaitu seseorang yang semakin tua semakin arif dan bijaksana atau semakin menunjukkan tindakan yang membanggakan sebagai teladan. Pemakaian istilah tersebut dalam arti positif cocok dikenakan kepada seorang pemimpin seperti Daud yang semakin tua semakin bijaksana dan bisa menjadi teladan bagi banyak orang. Paling tidak ada dua hal yang dilakukan Daud yang membuat dia layak untuk mengenakan gelar “tua-tua keladi” dalam arti yang positif, yaitu: Pertama, di usia tuanya Daud menghindari tindakan amoral (1 Raj 1:3-4).
Sepertinya lingkungan Daud saat itu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepadanya untuk melakukan tindakan amoral. Abisag, gadis cantik yang dibawa kepada Daud untuk merawat dan melayaninya, tetapi, “Raja tidak bersetubuh dengan dia”. Ini jelas bertolak belakang dengan tindakan Daud ketika masih muda, yaitu ketika dia “memelototi” Batsyeba saat mandi dan tidur dengannya setelah itu, padahal Batsyeba adalah istri orang, istri prajuritnya sendiri. Daud menyadari kesalahan itu dan sebagai pemimpin yang baik Daud mempertahankan komitmennya sampai menjelang tutup usia.
Kedua, di usia tuanya Daud menghindari kebohongan (1 Raj 1:28-30). Daud pernah berjanji kepada Batsyeba untuk mendudukkan Salomo sebagai raja menggantikan dia. Ketika diingatkan akan janjinya, Daud tidak mengelak dan tidak beralasan untuk membohongi Batsyeba, Daud menepati janjinya. Pemimpin yang mau menepati janjinya seperti Daud inilah yang sangat dibutuhkan bawahannya, bukan sekedar janji.
Jikalau Anda ingin menjadi seorang pemimpin yang “tua-tua keladi” dalam arti positif?
Teladanilah Daud. Pemimpin yang baik mewariskan teladan yang baik bagi generasi berikutnya. Anda setuju? (AU)
Question:
1. Apa yang dimaksud dengan menjadi tua-tua kelada dalam arti yang positif?
2. Sebagai orang yang lebih tua, teladan apa yang sudah Anda berikan kepada generasi di bawah Anda?
Values:
Jadilah tua-tua keladi, semakin tua semakin menjadi teladan dalam banyak hal.
Kingdom Quote:
_Pemimpin yang baik mewariskan teladan yang baik bagi generasi berikutnya_.

 *King's Sword*

Tanggal: 27 September 2021
Hari: Senin

Bacaan Alkitab Setahun:
Tis 3
Yes 1-2

*YESUS BUKAN WUQING*

“_Lalu kataNya kepada mereka: “HatiKu sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku_.” Matius 26:38
Wuqing—dalam bahasa Mandarin berarti tidak punya perasaan. Orang seperti ini tidak bisa merasa senang, sedih, marah, dan lain-lainnya. Dunia menganggap orang wuqing ini tangguh. Maklum, dia tampak biasa-biasa dalam semua kondisi. Biarpun disakiti sedemikian rupa, dia juga lempeng-lempeng saja.
Orang gereja juga menganggap kalau tidak punya perasaan negatif itu
keren
. Bayangkan, sudah sakit, babak belur, kena musibah, masih mengucap syukur sambil tersenyum. Bukankah itu rohani sekali? Tak jarang, karena prinsip ini, orang gereja menganggap orang yang mengeluh itu dosa dan akhirnya menghakimi mereka kurang beriman.
Tak jarang, karena dihakimi sebagai orang berdosa, orang yang punya masalah merasa malas curhat dengan orang gereja. Tak hanya malas curhat dengan orang gereja, mereka juga jadi malas curhat dengan Tuhan. Apa gunanya bicara dengan Tuhan sementara merasa diri sebagai orang berdosa? Memangnya, Tuhan juga mau mendengar? Jangan-jangan, Tuhan malah murka dan menganggap keluhan sebagai sesuatu yang najis penuh dosa?
Padahal, di alkitab pun dituliskan kalau Yesus sendiri pernah berkeluh kesah dengan Tuhan. Tidak hanya berkeluh kesah, Yesus juga pernah marah kepada para pedagang dan penukar uang di bait Allah (Matius 21:12). Jadi, Yesus adalah manusia biasa yang punya perasaan. Jika Yesus pun demikian, mengapa kita menuntut orang lain menjadi orang yang wuqing?
Menurut KBBI, omelanlah yang diartikan bersungut-sungut. Contohnya mengomel itu seperti bangsa Israel yang mengomel-ngomel menuntut Tuhan sampai Tuhan benar-benar murka. Hal ini tentu tidak baik dan tidak benar. Kita tidak boleh mengomeli, memarahi, dan menyalahkan Tuhan. Ini dosa dan wajar kalau mendatangkan murka Allah. Nah, kalau keluhan, itu adalah ungkapan yang keluar karena perasaan susah (karena menderita sesuatu yang berat, kesakitan, dan lain-lainnya).
Mengungkapkan isi hati kepada Tuhan itu bukan dosa. Kita boleh saja mengatakan kalau kita sedang kecewa, sedang marah, sedang sedih. Namun, tentu saja pada akhirnya kita harus meletakkan semua perasaan itu di kaki Tuhan. Membicarakan perasaan kepada Tuhan itu tidak salah. Tuhan mau mendengar keluh kesah dan pendapat kita. Tuhan paham betul perasaan kita sebagai manusia. Anda mengerti? (PF)
Question:
1. Apakah kita boleh curhat kepada Tuhan?
2. Mengapa kita boleh curhat kepada Tuhan?
Values:
Berserulah pada Tuhan dan Tuhan akan mendengar kita.
Kingdom Quote:
_Curhat dan keluh kesah pada Tuhan adalah bagian dari komunikasi kita dengan Tuhan_.

 *King's Sword*

Tanggal: 26 September 2021
Hari: Minggu

Bacaan Alkitab Setahun:
Tit 1
Kid 6-8

*RAGI FARISI DAN SADUKI*

“_Yesus berkata kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki_." Matius 16:6
Ayat bacaan kali ini merupakan peringatan Tuhan agar kita berjaga dan waspada terhadap “ragi orang Farisi dan Saduki”. Apa maksud dari peringatan ini? Ragi adalah sebuah bahan, yang dipergunakan untuk membusukkan makanan atau mengembangkan sebuah adonan, untuk dimasak menjadi roti. Dalam konteks perikopnya, ragi yang dimaksudkan di sini adalah “ajaran” orang Farisi dan Saduki (Matius 16:12).
Ada beberapa sekte Yahudi di zaman Yesus, yaitu Farisi, Saduki, Esseni, Zelot serta Herodian. Orang Farisi berasal dari kalangan Hasidim pada masa pemerintahan Yohanes Hirkanus. Orang Farisi adalah para ahli tafsir tradisi dari mulut ke mulut yang berasal dari para rabbi. Mereka berlatar belakang ekonomi menengah seperti tukang dan pedagang. Kebanyakan orang Yahudi akan meminta nasihat dan pertimbangan untuk kasus-kasus pelik dalam hidup mereka kepada orang-orang Farisi daripada kepada raja ataupun imam besar. Karena kepercayaan masyarakat besar terhadap mereka, maka mereka menempati kedudukan penting dalam masyarakat, yaitu sebagai Sanhedrin atau majelis agama.
Orang Saduki merupakan para aristokrat (bangsawan) dan dipengaruhi filsafat Yunani yang rasional. Orang-orang Saduki menolak tradisi para rabbi yang diturunkan dari mulut ke mulut. Mereka hanya menerima kelima Taurat Musa sebagai Firman Tuhan yang tertulis. Pandangan Saduki sejalan dengan pemikir Yunani bernama Epikuros yang mengatakan bahwa jiwa seseorang turut mati saat tubuhnya mati. Orang Saduki tidak percaya malaikat dan kebangkitan dari antara orang mati.
Ajaran Farisi dan Saduki membawa pengaruh yang tidak baik, karena orang Farisi cenderung menggantikan firman Tuhan dengan adat istiadat dan tafsiran para rabbi-nya (Matius 15:1-3). Kebiasaan beragama ini yang dikecam sebagai kemunafikan (Matius 23:1-23). Sementara itu orang Saduki, dalam kerasionalan-nya, mereka tidak mempercayai kebangkitan orang mati, sehingga Yesus juga mengecam mereka (Matius 22:29).
Perlu disadari, berbagai ajaran lain yang tidak baik ada di sekeliling kita. Mewaspadai Ragi Farisi dan Saduki merupakan peringatan, bahwa tanpa pengenalan secara pribadi dengan Tuhan, kita akan tersesat. Tersesat dalam rutinitas tradisi gereja semata, tanpa pengenalan yang jelas, dan tersesat pada ajaran menyimpang, yang hanya untuk kepentingan diri sendiri atau menyangkal kedaulatan Tuhan dalam hidup. Waspadalah! (JB)
Question:
1. Pernahkah Anda mendengar pengajaran yang tidak sesuai dengan pemahaman Anda tentang kebenaran Firman Tuhan?
2. Apa tindakan Anda setelah mendengar pengajaran yang tidak sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan?
Values:
Persekutuan yang erat dengan Sang Raja memungkinkan warga-Nya untuk tidak mudah terombang- ambing dengan pengajaran-pengajaran yang sesat.
Kingdom Quote:
_Jika orang mengajarkan sesuatu tetapi ia sendiri tidak melakukan, ragukan apa yang diajarkan_.

25 September 2021

 *King's Sword*

Tanggal: 25 September 2021
Hari: Sabtu

Bacaan Alkitab Setahun:
Luk 24:36-53
Kid 4-5

*ALASAN PUJIAN*

“_Pujilah Dia karena segala keperkasaan-Nya, pujilah Dia sesuai dengan kebesaran-Nya yang hebat!_” Mazmur 150:2
Kitab Mazmur diakhiri dengan puji-pujian yang megah kepada Allah yang hebat. Itulah yang tertulis di pasal terakhir di Mazmur 150. Ayat 1 diawali dengan kata “HALELUYA” yaitu sebuah ekspresi pujian yang khas kepada Allah serta perintah untuk memuji Tuhan dalam cakrawalanya yang kuat. Dan ayat 3-5 berbicara tentang segala instrumen yang dipakai untuk memuliakan Tuhan. Lalu ayat 6 ditutup dengan seruan supaya semua makhluk hidup memuji Tuhan.
Dan yang menarik adalah satu-satunya alasan mengapa pemazmur memuji Tuhan adalah, di ayat 2 dikatakan: Allah itu dahsyat dan dia perkasa dan agung. Dalam terjemahan BIMK disebutkan demikian: ”_Pujilah Dia karena perbuatan-Nya yang perkasa. Pujilah Dia karena keagungan-Nya yang besar_.”
Jadi dasar mereka memuji Tuhan karena perbuatan Allah yang perkasa dan keagungannya yang besar. Apabila bangsa Israel bahkan sampai sekarang mereka membaca pasal ini terutama di ayat 2, maka mereka mengkaitkan perbuatan Allah yang perkasa dengan semua perbuatan yang dilakukan Allah dalam Perjanjian lama termasuk ketika Allah memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir menuju tanah Kanaan. Dan bagaimana Allah melakukan tindakan-tindakan yang perkasa dan luar biasa termasuk ketika Tuhan menyeberangkan bangsa Israel melewati Laut Merah serta menenggelamkan Firaun dan pasukannya.
Sayang, perbuatan perkasa yang mereka pahami hanya perbuatan Allah dalam Perjanjian Lama, namun bagi kita perbuatan Allah yang perkasa adalah ketika Allah menyelamatkan kita melalui kematian Kristus di kayu salib serta membangkitkan Kristus dari kematian. Inilah puncak kehebatan dan segala keperkasaan yang Allah lakukan sekaligus menunjukkan kasih-Nya yang tiada tara.
Adakah perbuatan Allah yang lebih hebat dan menimbulkan kekaguman umat- Nya daripada kehadiran Sang Firman yang menjadi manusia dan mati buat kita? Seharusnya inilah yang selalu menjadikan kita tidak berhenti dan mengucap syukur kepada-Nya.
Kiranya Tuhan memenuhi hati kita dengan puji-pujian karena karya-Nya yang hebat melalui Kristus Yesus. (DH)
Question:
1. Bagaimana cara umat Allah menyebut-nyebut perbuatan Allah dalam Perjanjian Lama?
2. Mengapa kita lebih bersyukur hidup dalam Perjanjian Baru ini?
Values:
Kristus yang tersalib adalah bukti kasih Allah kepada manusia yang tak terbantahkan.
Kingdom Quote:
_Salib Kristus merupakan puncak kasih Allah yang hebat_.

 *King's Sword*

Tanggal: 24 September 2021
Hari: Kamis

Bacaan Alkitab Setahun:
Luk 24:1-35
Kid 1-3

*HATI GEMBIRA SAAT BADAI COVID*

“Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.” Amsal 17:22
Istri saya beberapa waktu lalu badannya demam, dan badannya pegal-pegal. Kami tes PCR untuk memastikan apakah terpapar Covid atau tidak. Setelah keluar hasilnya, ternyata istri saya negatif, justru saya yang positif. Angka CT saya 33,5 artinya OTG (orang terpapar Covid tapi tanpa gejala), karena saya memang tidak demam atau menunjukkan gejala covid lainnya. Secara klinis, saya kecil sekali menularkan Covid pada orang lain, namun tetap disarankan isoman 5 hari.
Pada masa pandemi seperti saat ini, yang perlu kita lakukan selain berusaha mendapatkan vaksin, adalah menjaga stamina tubuh. Agar kalau pun terpapar, dampaknya tidak parah. Vitamin D , Vitamin C serta makanan sehat harus dikonsumsi rutin secara cukup. Olah raga ringan setiap hari, supaya tubuh tetap bugar. Namun kita tahu kesehatan bukan hanya tergantung fisik yang sehat semata, namun juga jiwa yang sehat.
Hati yang gembira berakibat jiwa sehat, yaitu hati yang tidak kuatir. Tentu ini sangat susah, apalagi kita saat ini diperintahkan "_lockdown_”, padahal dengan _lockdown_ terlalu lama akan berakibat ”_deathlock_”, sumber keuangan habis. Sebuah kenyataan yang tidak mudah, lalu bisakah kita tetap bergembira ?
Solusinya bagaimana? Rasionalitas. Supaya tidak dikuasai ketakutan, yang pertama kita harus tetap memakai akal sehat kita. Sebagai contoh, berapa persen rata-rata dari yang terpapar akan sembuh. Dari data statistik selama ini lebih dari 95 persen yang terpapar akan sembuh.
Lalu Spiritualitas, banyak orang beranggapan jika Rasionalitas dan Spiritulitas adalah dikotomi yang tak bisa dipersatukan. Dokter sering memberikan kesaksian bahwa orang yang cepat sembuh adalah orang yang sakit tapi tetap bersemangat dan punya harapan. Seperti bacaan di atas ”hati yang gembira adalah obat yang manjur” terbukti secara ilmiah.
_Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku. Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah. Pada Allah ada keselamatanku dan kemuliaanku; gunung batu kekuatanku, tempat perlindunganku ialah Allah. Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita_ (Mazmur 62:5-8). Inilah nasehat Raja Daud yang mempunyai pengalaman dekat dengan Tuhan sebagai kunci harapan, di tengah kesesakan, karena Tuhan tempat perlindungan. Salam Gembira dan Sehat selalu di tengah Badai Covid! (DD)
Question:
1. Bagaimana kita terhindar dari Badai covid ?
2. Bisakah kita bergembira ditengah situasi sulit ? Bagaimana caranya ?
Values:
Warga Kerajaan bisa saja terpapar virus covid, namun tak akan terkapar jika hatinya tetap dekat dengan Tuhan.
Kingdom Quote:
_Ketenangan yang didapat dari Tuhan akan mengalahkan ketakutan yang dikarenakan virus Covid_

23 September 2021

 *King's Sword*

Tanggal: 23 September 2021
Hari: Kamis

Bacaan Alkkitab Setahun:
Luk 23:26-56
Pkh 10-12

*GIANNIS YANG MANIS*

“_Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal_” Ayub 42:2
Setiap orang memiliki kehidupan yang berbeda. Jalan kehidupan setiap orang juga berbeda. Kita tak dapat menilai kehidupan seseorang dari masa lalunya. Bahkan kita juga tak berhak mengambil kesimpulan tentang kehidupan semua orang berdasarkan kebiasaan masa lalunya. Mengapa demikian? Sebab setiap orang diberi kesempatan oleh TUHAN untuk berubah. Selama kita masih hidup, masih ada kesempatan untuk berubah. Demikian pula dengan seorang pria yang bernama Giannis Antetokounmpo. Mungkin sebagian besar dari anda tidak mengenal dia. Giannis yang lahir di Athena, Yunani pada tanggal 6 Desember 1994 adalah seorang pebasket setinggi 2,11 meter berkebangsaan Yunani dan memenangkan NBA Championship 2021 bersama Milwaukee Bucks. Apa yang bisa kita pelajari dari kehidupan Giannis ini?
Mari kita belajar dari kehidupan Giannis. Yang pertama, masa lalu bukan penentu masa depan. Masa kecil Giannis dihabiskan dengan perihnya kehidupan di bawah garis kemiskinan. Ia pernah merasakan kelaparan saat menjalani kehidupan di Yunani. Orang tua Giannis adalah imigran dari Nigeria yang tinggal di Yunani. Bersama kakaknya yang bernama Thanasis, ia harus membantu ekonomi keluarga sejak masa kecil mereka dengan menjual jam tangan, tas dan kacamata di pinggir jalan. Upaya mereka berdua rupanya tidak terlalu membantu ekonomi keluarganya. Ada saatnya mereka mengalami kelaparan karena tidak ada makanan di rumah mereka, bahkan harus menjual barang yang ada di rumah agar mereka sekeluarga bisa makan. Keadaan mereka diperparah karena adanya xenophobia (ketakutan terhadap orang-orang dari negara lain atau yang dianggap asing) di Yunani saat itu. Apakah mereka tetap hidup dalam kemiskinan? Tentu tidak.
Yang kedua, selalu ada kesempatan untuk berubah. Ternyata ada kelebihan yang menjadi sarana mereka keluar dari kemiskinan. Giannis yang memiliki ukuran tubuh yang jauh lebih tinggi di atas rata-rata membuatnya berkenalan dengan dunia olahraga. Awalnya ia bermain sepakbola. Namun pada tahun 2008 di usia 13 tahun, Giannis ditemukan oleh Spiros Velliniatis yang merupakan pelatih basket dari tim lokal Filathlitikos untuk menjadi pemain bola basket. Karir Giannis mulai menanjak sehingga ia masuk tim senior di klub basket di Filathlitikos (2011-2013). Pada awal musim pertandingan NBA tahun 2013, Milwaukee Bucks merekrutnya pada NBA Draft. Sekalipun Giannis tidak memiliki kewarganegaraan sejak masa kecil, namun akhirnya ia mendapatkan surat kewarganegaraan Yunani sebelum ia direkrut oleh Bucks. Mari belajar melihat masalah kehidupan sebagai kesempatan untuk mengubah kehidupan kita. Yang ketiga, pertahankan dan kembangkan kehidupan yang benar. Di tahun 2013 keadaan Giannis belum seperti sekarang di mana ia meraih juara NBA 2021 dan menjadi MVP Regular Musim dan MVP Final serta pemain bertahan terbaik. Saat itu ia masih harus berjalan atau berlari dari tempat tinggalnya di Lake Drive sejauh 11 km untuk berlatih dan bertanding basket di Bradley Center karena keuangannya masih minim sekali. Saat ini kontrak barunya di Bucks bernilai Rp 661 Miliar per tahun atau Rp 3,3 Triliun untuk 5 tahun (2020-2025). Banyak orang mulai mengenal Giannis yang manis dan berjuluk '_Greek Freak_' ini. Apa yang menjadi kelebihan dan nilai positif dalam hidup anda? Pertahankan, kembangkan dan maksimalkan dengan benar dari sekarang. (DW)
Question:
1. Apakah anda sudah mengenali kelebihan dan kekurangan anda?
2. Mengapa kita harus mengembangkan dan memaksimalkan dengan benar kelebihan kita?
Values:
Seorang Warga Kerajaan Allah adalah pribadi yang mau mengembangkan dan memaksimalkan kelebihan dalam hidupnya.
Kingdom Quote:
_Masa lalu bukanlah penentu kehidupan masa depan kita_.

22 September 2021

 *King's Sword*

Tanggal: 22 September 2021
Hari: Rabu

Bacaan Alkitan Setahun:
Luk 23:1-25
Pkh 7-9

*CORONA, UJIAN ATAU AZAB*

“_Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus. Sebab kalau seorang menyangka, bahwa ia berarti, padahal ia
sama sekali tidak berarti, ia menipu dirinya sendiri_.” Galatia 6:2-3
Bencana alam ataupun wabah, seringkali menunjukkan wajah asli 'siapa diri kita sebenarnya' Saat wabah Covid merebak sekarang ini, kita bisa melihat banyak orang mengumpulkan makanan, atau obat- obatan secara berlebihan. Lalu mulai terjadi perilaku mencari kesempatan di dalam kesempitan, yaitu mengambil keuntungan di saat orang lain mengalami kesusahan. Sebuah refleksi naluri sifat manusia berdosa yang mempertahankan kehidupan secara egois. Manusia terlupa dan kehilangan rasa 'kemanusiaannya' padahal Yesus mengajarkan 'kasihi sesamamu seperti dirimu sendiri' sebagai hukum yang utama.
Mengapa perilaku menolong tanpa pamrih, justru ditunjukkan oleh orang 'Samaria', yaitu pedagang atau profesional yang sama sekali tak terpandang dan yang tak berjubah agama? (Seperti cerita perumpamaan Yesus tentang orang Samaria yang baik hati).
Benarkah agama justru membutakan nurani kita? Benarkah kita merasa bahwa akibat taat beribadah kita telah memperoleh Sorga, sehingga tak perlu berkorban bagi sesama? Bukankah kita sedang menipu diri sendiri? Sorga apa yang sedang kita perjuangkan jika saat hidup di dunia 'egois dan tak dapat merasakan penderitaan orang lain'. Sorga macam apa yang sedang kita perjuangkan, kalau kita yang sedang mengalami bencana kita katakan 'ujian', sedang kalau bencana di alami orang lain kita bilang 'azab'. Bukankah bencana alam tak mengenal agama, seperti juga matahari bersinar cerah tak memilih tempat, apakah itu kota maksiat atau kota suci.
Bencana alam dan wabah pandemi Covid-19, seharusnya menyatukan kita yang sering membedakan antara Kita dan Mereka Ataupun Aku dan Kamu. Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri, bukannya sekadar toleransi, tapi budaya asli Sorga.
Di tengah wabah dan bencana, bisakah kita manusia melahirkan budaya Sorga, yaitu berkorban dan mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri? Dan mencampakkan budaya dan agama, yang melabeli antara siapa yang menerima azab dan siapa yang menerima ujian, karena hal ini mendorong kita mengutuki dan tak perlu menolong yang 'terazab'. Sesungguhnya melabeli orang lain terkena 'azab' adalah tipuan cerdas iblis yang menyamar sebagai malaikat terang, yaitu mengilhami budaya egois yang berasal dari neraka. Anda mengerti? (DD)
Question:
1. Bagaimana menurut Anda apakah pandemi Corona adalah Azab (hukuman) Allah ?
2. Hal apa yang seharusmya kita pratekkan saat ini?
Values:
Mengambil kesempatan di atas kesempitan yaitu di atas kesusahan orang lain adalah jelas bukan budaya Kerajaan Sorga.
Kingdom Quote:
_Di tengah bencana kita bisa menjumpai, manusia pengirim berkat berhati malaikat, atau manusia egois berhati iblis_.

*King’s Sword* Tanggal: 17 November 2021 Hari: Rabu Bacaan Alkitab Setahun: Yoh 11:33-57 Yeh 5-7 Via Audio: https://youtu.be/5a-s8Mzbs80 h...