31 Oktober 2021

 

MEMBANGUN GENERASI YANG MENGHIDUPI SUMPAH PEMUDA
DI TAHUN INTEGRITAS

Oktober bisa dikatakan bulannya pemuda Indonesia, karena Sumpah Pemuda pertama kali diikrarkan pada tanggal 27-28 Oktober 1928 di Jakarta. Banyak nilai yang terkandung dalam peristiwa ini, intinya adalah suatu pergerakan kemerdekaan Republik Indonesia yang dilakukan pemuda Indonesia dengan menyatakan janji satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa yaitu Indonesia.
Marilah kita bertanya pada diri sendiri, “Masihkah kita menjadi orang berintegritas yang menghidupi nilai Sumpah Pemuda hari-hari ini, atau justru nilai itu sudah merosot?”

Zaman dulu kondisi bangsa kita tidak semudah seperti sekarang ini. Sebelumnya pemerintah kolonial Belanda mengizinkan pendirian gerakan-gerakan politik lokal, tetapi ketika ideologi nasionalisme Indonesia diradikalisasi pada tahun 1920-an, Belanda kemudian mengubah kebijakannya itu. Sebuah rezim yang relatif toleran diganti dengan rezim represif yang menekan semua tindakan yang diduga subversif. Rezim represif ini memperparah keadaan dengan meradikalisasi seluruh gerakan nasionalis Indonesia. Pemimpin nasionalis muda, seperti Soekarno dan Mohammad Hatta ditangkap dan diasingkan.

Pemuda zaman dulu harus menghadapi keadaan mencekam akibat penjajahan, tetapi karena adanya semangat persatuan, mereka bersatu mendobrak egoisme kesukuan dan kedaerahan saat itu dan menyadari bahwa satu-satunya jalan mengusir penjajah adalah menggalang kekuatan bersama dengan semangat persatuan, dan tekad itu terwujud dalam sebuah ikrar untuk berbangsa, berbahasa dan bertanah air INDONESIA.

Dahulu musuh kita mungkin adalah penjajah, namun di era saat ini tidak lagi, musuh kita justru berasal dari internal. Seiring perkembangan zaman dan teknologi yang pesat, semakin besar juga tantangan pemuda dalam merawat semangat Sumpah Pemuda. Pemuda Indonesia saat ini sepertinya sudah kehilangan makna sejati Sumpah Pemuda:
  1. Pemuda yang dulu bersenjata bambu runcing melawan penjajah, sekarang banyak yang sibuk bersenjata gadget meraih eksistensi dirinya sendiri.

  2. Pemuda yang dulu berkorban banyak hal untuk merebut kemerdekaan, sekarang banyak yang sibuk berteriak mencari kesenangan pribadi. Dikhawatirkan generasi muda saat ini menjadi apatis dan kehilangan kepekaan terhadap kondisi sosial masyarakat sekitarnya.

  3. Banyak generasi milenial lebih suka memakai barang branded yang bonafit buatan luar daripada menggunakan produk lokal, kontras dengan makna Sumpah Pemuda untuk kita saling gotong royong bersatu untuk Tanah Air Indonesia. Padahal peran generasi muda sangat dibutuhkan untuk membantu perekonomian negara dengan ikut memakai bahkan mempromosikan brand lokal. Dan lebih baik lagi jika generasi muda memunculkan potensi dirinya sebagai entrepreneur yang menciptakan brand lokal. Hal ini termasuk salah satu kontribusi positif untuk menjaga, melestarikan dan merawat Sumpah Pemuda.

  4. Terkadang generasi muda tidak bersikap selektif, sehingga informasi yang didapatkan dari berbagai media tidak dicari kebenarannya dan hal inilah yang menyebabkan mereka mudah terpengaruh berita hoaks dan ikut memprovokasi pihak lain. Padahal peran generasi muda sangat diperlukan, dan punya pengaruh dan peranan yang besar dalam menentukan kepemimpinan bangsa beberapa tahun ke depan. Dengan kemudahan informasi yang didapatkan harusnya generasi muda lebih mampu berkontribusi positif.

  5. Banyak anak muda Indonesia menyukai film dan lagu dari luar, bahkan ikut-ikutan trend, sangat bangga menggunakan bahasa asing untuk berkomunikasi, menyanyikan lagu luar terus menerus sehingga melupakan lagu Indonesia. Baik jika generasi muda berintelektual tinggi sampai menguasai berbagai bahasa asing, tetapi jangan pernah melupakan jati diri bangsa, terlalu bangga dengan bahasa asing sampai tidak lagi bangga dengan Bahasa Indonesia.
    Hal ini kontras dengan makna Sumpah Pemuda yang mengikrarkan “Berbahasa yang satu, Bahasa Indonesia.” Padahal seharusnya generasi ini bisa menjadi kebanggaan Indonesia dengan intelektualitas dan kemampuan yang dimiliki, tetapi tetap dengan konsisten menjaga makna sejati Sumpah Pemuda.

Dari sisi rohaninya, sesuai tema 2021 yang diberikan Tuhan kepada Bapak Gembala, kita harus memiliki INTEGRITAS. Salah satu ciri seorang benar yang berintegritas terletak pada perkataannya yang selaras dengan perbuatannya. Bukan hanya berkata-kata yang muluk-muluk, tetapi tidak dilakukan. Integritas sangat diperlukan anak Tuhan zaman ini.

Jika melihat kembali kepada ayat emas tahun ini, The Year of Integrity yang terdapat di Mazmur 24:3 di mana tempat yang kudus dan gunung Tuhan itu yang kita nanti-nantikan, momen kembali bertemu dengan Tuhan di tempat Mahakudus. Lalu siapa yang boleh naik dan diterima? Jawabannya Mazmur 24:4,

“Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya,
yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan,
dan yang tidak bersumpah palsu.”

Orang berlomba menjadi yang terbaik dan menghalalkan segala cara untuk mencapainya, tapi percayalah ada reward yang indah dari-Nya untuk kita yang masih memegang prinsip integritas. Di tengah krisis integritas, ayat tadi jelas mengatakan bahwa reward bagi orang yang berintegritas; yang perkataannya selaras perbuatannya, tidak menipu, tidak bersumpah palsu, bersih tangannya dan murni hatinya adalah tempat yang sangat indah. Bersama DIA kita diperbolehkan naik ke gunung-Nya, berdiri di tempat-Nya yang Mahakudus. Bayangkan tidak ada manusia mana pun yang bisa membeli reward yang Tuhan berikan kepada kita orang yang berintegritas.

Kristus adalah teladan dalam hidup berintegritas. Kita harus menjadi serupa Kristus. Dia akan memampukan kita yang mau terus menjaga integritas tetap ada di dalam kita. Di lain sisi kita harus belajar bagaimana membangun kembali generasi yang menghidupi Sumpah Pemuda di tahun integritas ini. Berikut beberapa poin cara membangunnya:
  1. Introspeksi, tanyakan pada diri sendiri apakah sudah melakukan sesuatu untuk bangsa?
  2. Mengusahakan kesejahteraan bangsa dengan memberikan kontribusi secara aktif dan nyata.
  3. Menanamkan sikap cinta Tanah Air dalam diri sendiri.
  4. Terbeban untuk berdoa bagi bangsa.
Bukan perpecahan bangsa dan hilangnya rasa cinta tanah air. Yang harusnya ada saat ini;

"Jangan tanyakan apa yang bangsa ini sudah berikan untuk kita,
tetapi tanyakan pada diri kita sendiri; apa yang sudah kita lakukan untuk bangsa ini?”

Yeremia 29:7 berkata:

“Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang,
dan berdoalah untuk kota itu kepada Tuhan,
sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.”

Penting melakukan suatu hal yang nyata untuk kesejahteraan kota atau bangsa di mana kita ditempatkan Tuhan. 'Mengusahakan' itu mencakup banyak hal:
  • turut memikirkan untuk mencari solusi bagi masalah-masalah bangsa ini.
  • melakukan sesuatu sebagai kontribusi bagi bangsa ini.
Seperti yang terlihat, mengusahakan kesejahteraan bukan hal yang sepele. Saat Tuhan minta untuk mengusahakannya, harusnya hal itu menjadi fokus kita, bukan angin lalu. Mari kita perlihatkan kontribusi dan peran aktif dan nyata kita untuk membangun kesejahteraan bangsa. Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk berkontribusi mengusahakan kesejahteraan bangsa:
  1. Hindari perpecahan; jangan memprovokasi isu SARA, rasisme dan lainnya.
  2. Jangan melupakan nilai-nilai persatuan bangsa kita.
  3. Tunjukkan sikap cinta tanah air, cinta akan bangsa kita dengan mengingat dan mendengungkan lagu-lagu Indonesia.
  4. Gaya hidup tidak terlampau kebarat-baratan, ketimur-timuran atau kekorea-koreaan hanya untuk mengikuti trend.
  5. Mendukung produk lokal dan bepergian ke daerah-daerah di Indonesia akan menambah devisa Negara.

Hal positif lainnya, khususnya berdoa bagi bangsa. Kita tidak bisa memberikan kontribusi dan berdoa bagi bangsa, jika kita tidak mencintainya. Jika kita benar-benar mencintai Indonesia termasuk penduduk dan alamnya, kita akan memiliki kerinduan untuk mengusahakan dan mengerahkan kemampuan yang dimiliki demi kesejahteraan Indonesia.
Kuncinya adalah tumbuhkan sikap cinta tanah air, cintailah bangsa seperti dulu saat Sumpah Pemuda diikrarkan, dan hidup berintegritas; bukan hanya di depan manusia, tetapi juga di hadapan Tuhan. Amin. (KG)


 *King’s Sword*

Tanggal: 31 Oktober 2021
Hari: Minggu

Bacaan Alkitab Setahun:
Yoh 3:22-28
Yer 22-23

*PANTANG MENYERAH*
_“Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi." Yosua 1:9_
Salah satu terobosan dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia adalah dibangunnya beberapa jembatan di atas laut yang menghubungkan antar pulau . Salah satu yang sangat terkenal adalah jembatan Suramadu yang membentang di sepanjang selat Madura,
menghubungkan antara kota Surabaya (pulau Jawa) dan pulau Madura.
Tentunya dengan berbagai dukungan teknologi konstruksi bawah air yang berkembang, maka hal itu menjadi sangat
memungkinkan dilakukan.
Tapi tahukah kita bahwa salah satu jembatan laut paling terkenal dan bersejarah adalah jembatan Brooklyn. Jembatan yang menghubungkan antara kota New York dan Brooklyn dengan melintasi sungai East River. Jembatan ini dirancang oleh John A Roebling sebagai jembatan gantung terbesar yang pernah dibangun pada masa itu. Tidak banyak informasi mengenai cara membangun konstruksi dalam laut seperti itu dan bahaya yang terkandung di dalamnya. Tetapi John Roebling bertekad untuk melakukannya. Banyak dari pekerja yang alami kompresi, ditambah dengan
berbagai kasus kecelakaan kerja mengakibatkan beberapa pekerja alami sakit dan kematian.
Penduduk kedua kota mulai merasa bahwa ini adalah proyek tidak masuk akal. Bahkan sebuah peristiwa kecelakaan besar terjadi yang berakibat John Roebling alami luka yang sangat parah, dan karena efek penyakitTetanus,
John Roeblingmeninggal dunia.
Seluruh ikatan kontraktor meragukan bahkan meminta proyek ini dibatalkan tetapi sang anak Washington Roebling memutuskan untuk melanjutkannya.
Tetapi karena sebuah penyakit,
maka Washington Roebling juga alami kelumpuhan, tidak bisa berbicara dan hanya 1 jari yang masih bisa digerakkan. Menyerahkah mereka?
Sekalipun suara untuk menghentikan proyek tersebut semakin kuat, namun Washington Roebling memutuskan untuk tetap melanjutkan proyeknya bersama dengan istrinya. Mereka menemukan metode komunikasi dengan 1 jari untuk
terus memimpin proyek tersebut. Meskipun memimpin dengan 1 jari dan dalam posisi berbaring, proyek ini diselesaikan dalam waktu 14 tahun dan diresmikan pada 24 Mei 1883.
Firman Tuhan yang kita baca hari ini menunjukkan sebuah pesan Tuhan yang secara berulangkali menegaskan kepada Yosua untuk menguatkan hatinya memimpin orang Israel memasuki tanah Kanaan. Allah ingin Yosua tidak ragu untuk menggantikan sosok kepemimpinan Musa yang karismatik dan luar biasa. Hari-hari ini apakah hal yang menjadi ketakutan dan keraguan kita? Mungkin kegentaran itu seperti menghentikan langkah kita. Namun inilah pesan penting bagi kita agar kita tidak mengasihani diri, meratapi diri, melainkan bangkit, menguatkan hati kita bukan karena kekuatan kita, melainkan karena Inisiatif penyertaan Allah dan rencana kebaikan Allah. Ayo bangkit! (HA)
Questions:
1. Tantangan apa yang hari-hari ini sedang anda hadapi? Bagaimanacara Anda menaklukkannya?
2. Mengapa Anda tidak mau menyerah terhadap keadaan?
Values:
Setiap warga Kerajaan seharusnya memiliki tekad yang kuat untuk menaklukkan setiap tantangan yang dia hadapi.
Kingdom Quote:
_Keraguan, ketakutan bisa menjadikan kita kalah bahkan sebelum bertanding._

 *King’s Sword*

Tanggal: 30 Oktober 2021
Hari: Sabtu

Bacaan Alkitab Setahun:
Yoh 3:1-21
Yer 20-21

*BERDAMAI ATAU MENDENDAM*
_“Sebab itu marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun.” Roma 14:19_
E. Stanley Jones, seorang misionaris Amerika menulis di majalah Reader's Digest edisi bulan Desember 1981, bahwa seekor ular rattlesnake kalau disudutkan kadang menjadi begitu marah sehingga ia akan menggigit dirinya sendiri.
Setiap dari kita pasti pernah berselisih dengan orang lain. Paling tidak, kita pernah diposisikan dalam situasi seperti itu. Walaupun bukan kita yang memusuhi, pasti ada orang lain yang dengan sukarela menjadikan dirinya sebagai musuh kita. Kita bisa saja berselisih dengan pasangan kita sendiri, dengan orang tua kita, anak-anak kita, teman sekerja kita, teman pelayanan, bahkan dengan orang yang tidak kita kenal
sekalipun.
Saat kita berselisih, kita bisa menjadi marah dan dendam ketika kita direndahkan, dicemooh, bahkan dibanding-bandingkan dengan orang lain. Kadang kala di tengah situasi seperti itu kita terjebak oleh rasa marah kita sehingga gagal menjadi pembawa damai.
Kalau kita memendam kebencian dan kemarahan pada orang lain, sebenarnya kita melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan ular _rattlesnake_ yaitu menggigit diri kita sendiri. Kita mencoba
untuk menyejukkan hati melalui perkataan atau sikap tertentu tapi hanya bersifat sementara saja, karena hati kita dipenuhi rasa amarah dan dendam.
Dalam ayat bacaan kita hari ini Rasul Paulus mengajarkan kita untuk mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun. Bahkan dalam Roma 12:18, Rasul Paulus menegaskan agar kita sedapat mungkin hidup dalam perdamaian dengan semua orang!
Memang benar bahwa kita tidak dapat menghindari adanya perselisihan akibat perbedaan antara kita dengan orang lain, khususnya perbedaan pendapat. Namun demikian semua perbedaan yang ada seharusnya tidak perlu menimbulkan perselisihan atau konflik jika kita mau untuk belajar saling mencari berbagai persamaan untuk melengkapi atau menjembatani perbedaan-perbedaan yang ada.
Dalam hal ini respon kitalah yang paling menentukan. Kita dapat saja memaafkan dan berdamai, atau sebaliknya, kita juga bisa membenci dan mendendam kepada orang lain yang berselisih dengan kita. Kita dapat mengeluarkan kata-kata pedas penuh kritikan bahkan makian, ataukah kita dapat memberikan jawaban sederhana yang penuh kasih seperti tetesan embun atau air yang dingin.
Jadi bagaimana respon Anda dan saya ketika kita menghadapi perselisihan? Kita bisa memilih: mendendam dan ikut terjebak menjadi bagian dari masalah, ataukah kita berdamai dan menjadi bagian dari solusi. (YMH).
Questions:
1. Menurut Anda, mengapa kita harus berdamai dan tidak mendendam saat kita sedang berselisih dengan orang lain?
2. Pengalaman apa yang paling berkesan ketika Anda sedang berselisih dengan orang lain?
Values:
Warga Kerajaan Allah yang sejati adalah pribadi yang tidak terjebak dalam perselisihan, namun keluar menjadi pembawa damai.
Kingdom Quote:
_Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. (Filipi 4:8)_

29 Oktober 2021

 *King’s Sword*

Tanggal: 29 Oktober 2021
Hari: Jumat

Bacaan Alkitab Setahun:
Yoh 2
Yer 18-19

*LGBT*

_“Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu sebab karangan bunga yang indah itu bagi kepalamu, dan suatu kalung bagi lehermu. Hai anakku, jikalau orang berdosa hendak membujuk engkau, janganlah engkau menurut” Amsal 1:8-10_
LGBT (_Lesbian, Gay, Bisexual and Transgender_) adalah kelompok masyarakat yang semakin eksis dan terang-terangan menyatakan diri mereka di tengah masyarakat. Mungkin karena saat ini banyak negara memberikan kesamaan hak asasi kepada mereka. Bahkan pernikahan yang sejenis dapat disahkan secara hukum dan berakibat gereja yang tidak setuju pun dipaksa untuk menikahkan. Sebab kalau tidak, gereja akan mendapat sangsi hukum.
Kelompok ini bukan hanya berani terang-terangan tetapi juga secara agresif menularkan penyimpangan gaya hidupnya kepada banyak anak muda yang masih labil. Perdebatan terjadi.
Pendapat para ahli pada umumnya, bahwa mereka adalah orang yang mengalami "kelainan jiwa," dan perlu disembuhkan dan direhabilitasi. Namun para penganut LGBT sendiri banyak yang berpendapat bahwa mereka telah terlahir dengan penyimpangan. Artinya menurut mereka penyimpangan itu terjadi karena kehendak Tuhan atau karena kelahiran. Ini bukan kesalahan mereka. Benarkah demikian?
Manusia terdiri dari roh, jiwa, dan tubuh. Roh tidak berjenis kelamin. Tubuh pasti berjenis kelamin walau sebagian kecil mengalami pertumbuhan genital yang tidak sempurna. Lalu bagaimana dengan jiwa? Di sinilah persoalannya. Jiwa seseorang pada masa anak-anak tidak menyadari apakah mereka laki-laki atau perempuan. Juga saat remaja atau saat akil balik dan ketika hormon seksual mulai terproduksi, mereka bisa mengalami orientasi seksual yang salah ketika pergaulan mereka salah.
Beberapa orang menjadi gay karena mereka menjadi korban saat usia remaja atau anak-anak. Tentu saja penyebabnya tidak tunggal. Pola asuh yang salah saat anak-anak, seperti mengharapkan anak laki-laki yang lahir perempuan, lalu tanpa sadar mengasuh anaknya seperti anak perempuan. Hal yang paling penting adalah peran kedua orang tua, jika seorang ayah tidak berperan sebagai pemimpin atau kepala keluarga yang baik, hal ini bisa menjadi pemicu terjadinya sifat LGBT pada anaknya. Karena tidak adanya figur seorang ayah yang baik. Demikian juga peran ibu jika tidak berperan sebagai ibu yang baik.
Intinya keluarga adalah tempat dimana jiwa seorang anak sejak balita yang kosong sampai dengan remaja yang masih labil dibentuk. Jadi adalah terlebih baik mencegah daripada mengobati. Berarti sejak usia balita kita sebagai orang tua wajib mengisi jiwa anak kita dengan didikan yang teladan yang baik. Sehingga jiwa mereka terbentuk secara sehat. Karena kesehatan yang baik sebenarnya bukanlah hanya kesehatan tubuh, tetapi juga kesehatan secara jiwa dan pikiran (_mind_). Dengan demikian keluarga kita terhindar dari "virus" LGBT. Anda mengerti?(DD)
Questions:
1. Menurut anda apa penyebab terjadinya LGBT?
2.Lalu apakah LGBT bukanlah penyimpangan? Jelaskan!
Values:
Sebagai warga Kerajaan, Tuhan ingin ortu berperan mengayomi anak-anaknya sehingga menyehatkan kejiwaan anak-anaknya.
Kingdom Quote:
_Absennya peran ortu sebagai ayah atau ibu, adalah salah satu penyebab penyimpangan orientasi sexual._

28 Oktober 2021

 *King’s Sword*

Tanggal: 28 Oktober 2021
Hari: Kamis

Bacaan Alkitab Setahun:
Yoh 1:29-51
Yer 15-17

*BAHAYA ZONA NYAMAN KEKAYAAN DAN KESUKSESAN*

_"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur” Matius 5:1-4_
Apa maksud perkataan Yesus pada ayat bacaan diatas? Bukankah ini sepertinya paradoks dan bertentangan dengan prinsip dunia? Apakah orang yang berbahagia/diberkati adalah orang yang mengalami masalah pelik misalnya bangkrut, sakit, atau ditinggalkan orang yang dikasihi? Bukankah ini sepertinya tidak masuk akal? Bukankah kita “berbahagia” dan merasa diberkati bila usaha kita berhasil, menjadi juara kelas, uang melimpah, sukses, terkenal dan dipuji hampir oleh semua orang?Betulkah demikian?
Tapi apa kata Alkitab? “_Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu_. _Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu_; _karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu_” (Lukas 6:24, 26).
Ternyata pikiran Yesus berbalikan dengan gambaran kita selama ini tentang berbahagia dan diberkati. Cara berpikir dunia ternyata berbeda dengan cara berpikir Yesus atau cara berpikir kerajaan Sorga. Justru saat kaya, sukses, terkenal adalah keadaaan yang berbahaya. Lalu pesan apa sebenarnya yang hendak disampaikan kepada kita?
Ternyata Yesus tidak berbicara tentang hukum dan fakta yang dapat dilihat seperti prinsip dunia bahwa jika “kaya“ kita disebut berbahagia. Yesus katakan, “_Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah_” (Mat. 19: 24). Artinya, kebahagiaan sejati kita tidak ditentukan kalau kita berprestasi, sehat dan punya banyak harta. Seperti yang dunia pahami, justru ketika hidup kita tanpa hambatan kita sedang masuk dalam zona bahaya, sebab kita tidak bergantung sepenuhnya kepada Tuhan.
Pengalaman Ayub sebagai seorang yang taat, tetapi pengalaman perjumpaannya dengan Allah justru ia alami saat ia kehilangan semuanya bahkan kehilangan dukungan istrinya yang adalah harapan terakhirnya. Ayub mengakui, “_Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau_” (Ayub 42:5).
Kekayaan rupanya adalah jebakan yang bikin kita ada dalam zona berbahaya, ketika kita merasa “terhibur “ oleh kekayaan kita sedang tidak peka bahwa kehidupan kita yang telah diciptakan menjadi manusia baru yang tidak sepenuhnya tergantung pada materi.
Yesus sedang mengajarkan “di dalam ketidakberdayaan kita” justru kita bisa mengalami Allah. (DD)
Questions:
1. Benarkah kekayaan dan kesuksesan adalah zona nyaman yang berbahaya?
2. Mengapa bisa berbahaya? Bukankah keadaan miskin lebih berbahaya? Diskusikan.
Values:
Kebahagiaan sejati kita tidak
ditentukan kalau kita berprestasi, sehat dan punya banyak harta.
Kingdom Quote:
_Kekayaan rupanya adalah jebakan yang bikin kita ada dalam zona berbahaya._

27 Oktober 2021

 *King’s Sword*

Tanggal: 27 Oktober 2021
Hari: Rabu

Bacaan Alkitab Setahun:
Yoh 1:1:1-28
Yer 12-14

*PELITA*

_“Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.” Mazmur 119:105_
Pelita dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah lampu dengan bahan bakar minyak. Pelita juga bisa berarti penerang, cahaya, sesuatu yang membuat terang/cerah. Waktu saya masih kecil, usia TK sampai SD pelita ini biasanya digunakan sebagai penerang dalam kegelapan. Mungkin di tempat-tempat terpencil pelita masih digunakan, karena belum ada penerangan lampu dan listrik belum masuk ke tempat itu.
Ada peribahasa yang mengatakan ”pikir itu pelita hati” yang artinya orang yang
menggunakan otaknya untuk berpikir akan selalu dapat mengatasi kesukaran yang dihadapinya.
Jadi menggunakan akal budi dan mempertimbangkan segala sesuatu dengan baik menjadikan seseorang lebih bijaksana.
Kita harus berhati-hati dalam menghadapi permasalahan dan Tuhan mengaruniai kita otak sebagai pelita untuk berpikir. Kita semua percaya dan beriman kepada Tuhan Yesus dan memercayai semua firman-Nya. Kita diajar untuk mengetahui apa saja yang bertentangan dengan iman kita. Kita diajar bagaimana kita memperlakukan sesama kita tanpa memandang latar belakang mereka. Tetapi dalam kehidupan, kita justru sering membeda-bedakan orang yang kita layani.
Satu contoh adalah perlakuan yang berbeda yang ditunjukkan oleh imam, Lewi dan Orang Samaria yang murah hati (Lukas10:30-37). Bagaimana Imam dan Lewi itu hanya lewat dan tidak menolong orang yang membutuhkan pertolongan, tetapi justru seorang Samaria yang menolongnya.
Pemazmur menulis dengan indah bahwa Firman Tuhan itu menuntun kita agar kita
tidak menghadapi kendala dalam hidup keseharian kita. Kita diyakinkan agar kita percaya bahwa firman Tuhan itu membawa kita untuk bisa mengatasi semua kesulitan yang kita hadapi. Dengan firman-Nya sebagai pelita itu dapat menerangi jalan kita dan membawa kita menuju kekekalan sesuai dengan iman yang kita yakini. Firman itu menerangi hati kita yang gelap agar kita dapat melihat dengan jelas semua permasalahan yang menimpa kita.
Firman itu membuat kita tidak terantuk dalam perjalanan hidup kita di dunia ini sehingga kita bisa memperoleh hidup kekal.
Firman itu cahaya yang selalu mendampingi kita berjalan seturut kehendak-Nya. Amin. (AU)
Questions:
1. Apakah pelita itu?
2. Apa yang dimaksud dengan ”Firman-Mu adalah pelita bagi kakiku”?
Values:
Firman itu membuat kita tidak terantuk dalam perjalanan hidup di dunia ini sehingga kita bisa memperoleh hidup kekal.
Kingdom Quote:
_Tanpa Firman Tuhan, kehidupan kita akan berjalan namun dalam kegelapan._

26 Oktober 2021

 *King’s Sword*

Tanggal: 26 Oktober 2021
Hari: Selasa

Bacaan Alkitab Setahun:
2 Pet 3
Yer 9-11


*DREAM DRIVEN*

_“Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.” Filipi 3:13-14_
Coba Anda amati, berapa persen waktu yang Anda habiskan untuk memikirkan masa lalu, berapa persen untuk masa depan, dan berapa persen untuk sekarang, saat ini. Setiap orang perlu keseimbangan yang cukup baik antara ketiganya. Ada tiga tipe orang dilihat dari caranya memandang masa dalam hidupnya, yang disebut _memory driven, reality driven_ dan _dream driven_.
_Memory Driven_, ialah orang yang selalu memikirkan masa lalu, hidupnya penuh kenangan, mengingat memori-memori yang manis. Tentu berbeda dengan _Dream Driven_, tipe orang yang penuh dengan mimpi masa depan dan bergerak maju terus. Beda pula dengan _Reality Driven_, yang selalu lebih fokus pada apa yang terjadi hari ini dan sekarang, yang realistis dan penuh kenyataan.
Sebuah riset pernah diadakan dan hasilnya cukup menarik, orang-orang Eropa yang dikenal adalah orang-orang _Nostalgic_, komposisi mereka memikirikan hidupnya: 40% mengingat masa lalu, 30% berpikir tentang saat sekarang, dan 30 % berpikir tentang masa depan.
Orang-orang Amerika yang selalu mengejar _American Dream_ memiliki komposisi 5% masa lalu, 30% sekarang, 65% masa depan.
Orang-orang Asia yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, mereka lebih peduli pada apa yang mereka alami hari ini, komposisinya 10% masa lalu, 70% sekarang, 20% masa depan.
Tentu semuanya mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing, namun Firman Tuhan menjelaskan kita bahwa kita harus melupakan apa yang telah di belakang dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapan, dan berlari-lari kepada tujuan.
Masih banyak orang yang “terjebak nostalgia” seperti judul lagu yang pernah hits di Indonesia, mereka hanya membanggakan masa lalu, masih hidup di masa lalu, dan bahkan selalu ingin seperti di masa lalu.
Ingatlah bahwa ada panggilan Sorgawi yang menanti kita untuk kita kerjakan sesuai kehendak-Nya. Ada pula yang terlalu sibuk mencari kepuasan atau kebanggaan di masa kini, hingga lupa bahwa kesehatannya menurun, hubungannya rusak, dan itu semua pasti berdampak buruk bagi masa depannya.
Marilah kita berlari bersama Kristus yang hidup di dalam kita, mengarah pada tujuan, sesuai _destiny_ yang telah Tuhan tetapkan dalam hidup kita. Giatlah!(JB)
Questions:
1. Apakah Anda tipe orang yang _memory driven, reality driven_, ataukah _dream driven_?
2. Menurut Anda, mana yang lebih baik, menyesali masa lalu, mengalir apa adanya saat ini, atau hidup penuh semangat dengan tujuan yang jelas di masa depan?
Values:
Warga Kerajaan Sorga di bumi adalah orang-orang percaya yang masih tinggal di bumi namun hidup dengan tujuan yang jelas, dan tidak bingung dengan soal-soal penghidupannya, apalagi masa lalunya.
Kingdom Quote:
_Masa depan cerah diberikan pada mereka yang memikirkan dengan baik masa depannya, melakukan segala sesuatu dengan selalu memikirkan dampaknya bagi masa depan._

25 Oktober 2021

 

PULIH SEBELUM MENIKAH

Tahun 2021 adalah ‘The Year of Integrity’ dengan 2 ayat tema utama yang diambil dari Mazmur 24:3-5 dan juga Mazmur 41:13-14. Ternyata kata ‘integritas’ itu erat kaitannya dengan perkenanan Tuhan. Integritas dapat memimpin kita kepada perkenanan Tuhan. Menariknya, Amsal 18:22 menyatakan bahwa “Siapa mendapat isteri, mendapat sesuatu yang baik, dan ia dikenan TUHAN”. Dari ayat tersebut kita dapat melihat bahwa pernikahan juga adalah manifestasi perkenanan Tuhan. Itulah sebabnya di dalam bagian pertama janji nikah terdapat sebuah afirmasi bahwa “…sesuai dengan kehendak Tuhan, maka saya menerima engkau...” yang berarti pertolongan Tuhanlah yang membawa calon mempelai pada suatu fase kehidupan berikutnya, yaitu menikah/married. Tentunya perkenanan Tuhan itu janganlah disia-siakan ataupun kita anggap remeh. Setiap generasi Yeremia yang hendak menikah harus melakukan bagiannya sebelum menikah sebagai ucapan syukur dan juga sebagai tekad untuk mempermuliakan nama Tuhan melalui pernikahan, bahkan nantinya meninggalkan warisan yang diberikan bagi anak cucu seperti yang tertulis di Amsal 13:22a,

“Orang baik meninggalkan warisan bagi anak cucunya...”

Yang dimaksud tentu bukan warisan harta kekayaan tetapi warisan nilai-nilai kehidupan yang membentuk dan mengajar anak-anak untuk hidup benar di hadapan Tuhan. (lihat artikel Warta Online “Warisan Rohani”). Alangkah indahnya jika pernikahan kita menjadi teladan bagi anak-anak kita sendiri dan tentunya bagi banyak orang.
Tujuan pernikahan Kristen bukanlah semata-mata untuk mendapatkan kebahagiaan tetapi untuk bertumbuh bersama-sama ke arah Dia di mana pernikahan tersebut mencerminkan kasih Allah dalam Kristus yang mengasihi jemaat-Nya. Orang yang mencari kebahagiaan di dalam diri pasangannya, akan merasa kecewa karena semua manusia (termasuk pasangan kita) telah jatuh ke dalam dosa dan memang Tuhan tidak mau kita berharap kepada manusia. Akan tetapi bukan berarti lantas kita berbuat seenaknya saja, berharap pasangan menerima kita apa adanya tanpa adanya usaha yang intensional untuk memperbaiki diri menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Dalam pernikahan Kristen, Kristus adalah pusat di mana kasih-Nya menjadi dasar dari hubungan suami isteri, seperti tercantum dalam Efesus 5:22-33.
Menarik sekali bahwa rasul Paulus sebelum menjelaskan peranan suami dan isteri di perikop ini, ia menjelaskan mengenai hidup sebagai anak-anak terang dan manusia baru, persis di perikop sebelumnya yaitu pada Efesus 4:17-5:21. Jelaslah bahwa seyogyanya sebelum suami isteri dipersatukan dan dapat menjalankan fungsinya, mereka masing-masing harus terlebih dahulu menjadi manusia baru dan hidup sebagai anak-anak terang. Kedua calon mempelai sama-sama menjadi pribadi yang pulih dari luka masa lalu, trauma, kepahitan, sejalan dengan yang tertulis di Efesus 4:31-32

“Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan.”

Rasul Paulus dengan tegas mengatakan untuk membuang semua hal ini, bukan menyimpan dan membiarkannya. Masuk dalam pernikahan dalam kondisi belum pulih hanya akan menambah masalah bagi kedua pribadi yang akan dipersatukan ini. Kepastian akan pemulihan diri sangat diperlukan sebelum dua pribadi dipersatukan menjadi satu dalam pernikahan kudus, karena bagaimana mungkin dua menjadi satu jika diri sendiri belum mengalami pemulihan? Jangan lupa, data Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung mencatat jumlah perceraian di Indonesia rerata mencapai seperempat dari dua juta jumlah peristiwa nikah dalam setahun pada tahun 2019. Terlebih lagi di tengah pandemi sekarang-sekarang ini, angka perceraian meningkat tajam di banyak kota di Indonesia.

Di konteks pandemi COVID-19 hari-hari ini, pemulihan seperti apakah yang sebenarnya diperlukan? Pada dasarnya, tidak ada jawaban yang extraordinary ataupun jawaban yang benar-benar baru untuk pertanyaan di atas karena walaupun konteks berubah, kebutuhan dan kecenderungan manusia tetap sama.

PULIH DARI IDEALISME
Pulih dari idealisme kita akan pernikahan yang selama ini telah dipengaruhi oleh drama-drama percintaan, film-film pendek romantis, serta tampilan-tampilan media sosial orang lain, itulah area peperangan yang sesungguhnya. Seseorang yang idealis adalah seseorang yang menganggap pikiran atau cita-cita sebagai satu-satunya hal yang benar. Definisi umum lainnya adalah seseorang yang hidup menurut cita-cita, menurut patokan yang dianggap sempurna. Mereka yang idealis lupa bahwa pikiran telah tercemar, terpolusi, dan terkontaminasi dosa. Tipu daya Iblis juga terus-menerus menyerang pemikiran manusia agar menentang (rencana) Allah, bahkan melawan Allah. Ayo kita sadari bahwa hidup kita sebagai orang percaya, tidak hanya hidup di bawah matahari (under the sun), tetapi juga di bawah Kristus (under the Son).
Bila hanya memahami hidup di bawah matahari, maka cita-cita kita, patokan kita, dan pikiran kita adalah kesia-siaan belaka. Bagaimana tidak; kecantikan memudar, harta benda berpindah tangan, dan dunia berubah begitu cepat dimana kesusahan dan kesedihan silih berganti. Akan tetapi, hidup baru di dalam Kristus (under the Son) membawa harapan yang kokoh, pemulihan di dalam segala sesuatu, serta memimpin kita kepada hidup yang kekal.
Generasi Yeremia akan memiliki perspektif kekekalan sehingga memasuki, memahami, dan mempertahankan pernikahan dengan lebih baik, lebih bermakna. Isi pernikahan dengan perspektif baru yaitu under the Son, akan memiliki lebih sedikit tuntutan (mentalitas dilayani) dan lebih banyak pertumbuhan dimana suami isteri saling melayani dan support.
Yang diutamakan di sepanjang jalan pernikahan adalah bagaimana Kristus dipermuliakan dan firman Tuhan memimpin setiap pengambilan keputusan sehari-hari.

Ayo kita berkomunitas dengan orang-orang percaya lainnya dalam kelompok sel/COOL karena perubahan idealisme juga terjadi karena interaksi sosial kita. Allah dapat memakai mentor, kakak/bapa rohani, serta saudara-saudara seiman untuk menyadarkan kita dari idealisme yang kita miliki mengenai pasangan kita, makna pernikahan kita, dan juga persiapan pernikahan kita. Berkomunitas online di tengah pandemi ini sebenarnya menolong kita untuk bertumbuh, mengalami perubahan pola pikir/paradigma, dan diurapi oleh Roh Kudus hari lepas hari.

JATI DIRI YANG BENAR
Setelah idealisme kita diubahkan oleh terang firman Tuhan dalam pekerjaan Roh Kudus sementara berkomunitas, maka langkah kedua untuk dapat pulih sebelum masuk pernikahan adalah dengan menyadari identitas kita di dalam Kristus. Identitas atau jati diri kita harus pulih. Laki-laki dan perempuan diciptakan serupa dan segambar dengan Allah dan mereka diciptakan dengan fungsinya masing-masing. Laki-laki akan menjadi suami, yang adalah kepala dan perempuan akan menjadi isteri yang adalah penolong. Laki-laki dan perempuan diciptakan sederajat, tidak ada yang lebih rendah atau lebih kecil di mata Allah.
Bahkan ketika nantinya Tuhan mengaruniakan keturunan ilahi, maka baik itu anak laki-laki ataupun anak perempuan, keduanya harus dapat diterima dengan penuh ucapan syukur tanpa adanya penolakan sedikitpun. Mereka berharga bukan karena jenis kelamin mereka, tetapi karena mereka diciptakan segambar dan serupa dengan Allah.

Identitas di era postmodern hari-hari ini juga berkaitan erat dengan kesadaran penuh untuk menolak dosa dan tipu daya akan LGBT. Miliki tertib pikiran agar kokoh dalam identitas sebagai pria atau wanita (sejak lahir). Izinkan Roh Kudus menginsafkan dan terus-menerus memimpin dalam segala kebenaran selama mempersiapkan diri sebelum hari-H pernikahan. Kita akan dipersiapkan lebih lagi di dalam kelas KOM 100 dengan materi relevan terupdate mengenai Jati Diri. Mengikuti kelas KOM 100 merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan pelayanan pemberkatan pernikahan yang kudus di gereja kita. Alami kuasa salib Kristus dengan langkah awal mengakui di hadapan Tuhan serta bertobat dan terus memelihara identitas yang Tuhan sudah pulihkan.
Identitas kita adalah Generasi Yeremia yang penuh Roh Kudus, cinta mati-matian kepada Tuhan Yesus, dan tidak kompromi terhadap dosa. Tuhan Yesus memberkati. (AR)


*King’s Sword* Tanggal: 17 November 2021 Hari: Rabu Bacaan Alkitab Setahun: Yoh 11:33-57 Yeh 5-7 Via Audio: https://youtu.be/5a-s8Mzbs80 h...